Artis Korsel dan Keluarganya Tak Bayar Salon Rp 41,6 Juta

Artis Korsel – Dunia hiburan Korea Selatan kembali diguncang. Bukan karena drama baru yang memecah rekor rating atau boyband yang memuncaki tangga lagu, melainkan karena satu insiden yang bikin dahi berkerut: seorang artis Korea Selatan, yang namanya masih di samarkan oleh media lokal, di laporkan meninggalkan tagihan salon senilai 3,6 juta won atau setara Rp 41,6 juta—dan tidak membayarnya.

Bukan hanya si artis yang di sebut-sebut berperilaku tidak profesional, tetapi juga seluruh keluarganya ikut mencicipi layanan salon mahal tersebut. Dari perawatan rambut, pewarnaan, facial eksklusif, hingga layanan manicure-pedicure kelas atas—semua di jalani dengan penuh percaya diri, seolah tagihan bukan masalah. Ironisnya, ketika tiba saat membayar, alasan demi alasan slot bonus new member 100, mulai dari dompet tertinggal hingga janji akan mentransfer. Namun kenyataannya? Nol besar.

Salon Premium, Layanan Sultan

Insiden ini terjadi di sebuah salon high-end yang terkenal melayani klien kelas atas di kawasan elit Seoul. Salon tersebut di kenal memiliki daftar klien selebritas, termasuk idol papan atas dan aktris drama populer. Layanan di sini tidak main-main. Sekali cuci rambut bisa mencapai 150.000 won, belum termasuk styling atau tambahan perawatan khusus.

Menurut pemilik salon, keluarga si artis datang berkali-kali selama beberapa bulan. Awalnya mereka di sambut dengan tangan terbuka karena reputasi sang artis yang di kenal luas. Namun, semakin sering datang, semakin menumpuk pula tagihan yang tidak kunjung di bayar. Bahkan staf salon sempat merasa sungkan untuk menagih karena status klien mereka yang “bernama besar”.

Hingga akhirnya, akumulasi tagihan mencapai jumlah mahjong slot yang mencengangkan: lebih dari 3,6 juta won. Ketika di tagih secara resmi, jawaban yang di terima sungguh di luar nalar: “Kami merasa itu seharusnya gratis karena kami memberikan exposure ke salon Anda.”

Netizen Tak Tinggal Diam

Berita ini dengan cepat menyebar di platform online Korea seperti TheQoo dan Nate Pann. Netizen, yang di kenal jeli dan kejam dalam menguliti selebritas, langsung mengamuk. Komentar pedas membanjiri forum-forum diskusi: “Punya uang buat tas bermerek, tapi tak mampu bayar salon?” tulis seorang netizen. “Kalau begitu semua artis bisa gratis dong? Ini bukan endorsement, ini pemalakan,” tambah yang lain.

Banyak yang berspekulasi mengenai identitas sang artis, karena petunjuk-petunjuk mulai bermunculan: artis perempuan, cukup senior, dan memiliki keluarga yang kerap tampil glamor. Tidak sedikit pula yang menuntut agar salon tersebut mengungkap nama demi menjaga profesionalitas industri layanan kecantikan.

Bukan Kasus Pertama, Tapi Tetap Memalukan

Yang lebih mengejutkan, ini bukan kali pertama insiden semacam ini terjadi di Korea Selatan. Beberapa tahun lalu, seorang aktris lain juga pernah terseret kasus tak bayar tagihan hotel mewah di Busan. Fenomena “minta gratisan” dari selebritas yang merasa dirinya pantas di perlakukan bak ratu memang bukan hal baru, tetapi tetap saja memalukan—terutama di tengah ketatnya standar moral publik Korea terhadap figur publik.

Salon tersebut kini telah membawa kasus ini ke jalur hukum. Mereka mengaku kecewa dan tidak ingin nama mereka di rusak oleh praktik tidak etis seorang figur publik. Mereka juga menyatakan bahwa tindakan ini bisa jadi pelajaran bagi semua pelaku industri hiburan—bahwa popularitas bukan alasan untuk menindas pelaku usaha kecil-menengah.

Dunia Hiburan yang Terkikis Etika

Skandal ini menyoroti sisi gelap dunia hiburan yang penuh gemerlap tapi sering kali berlumur ketidakjujuran. Banyak selebritas yang tampil memukau di layar kaca, tapi di balik layar justru memperlakukan orang biasa seperti pelayan. Budaya “bayar pakai nama besar” ini harus segera di pertanyakan. Jika tak ada yang melawan, akan makin banyak kasus serupa terjadi.

Sebagai publik, kita tak hanya menuntut bakat dan wajah cantik dari para artis, tapi juga integritas. Karena percuma tampil sempurna di depan kamera, jika di baliknya menyisakan jejak hutang dan arogansi.

Exit mobile version